Sebagaimana diketahui, Hidayatullah yang tahun lalu baru saja memasuki usianya yang ke 50 tahun. Eksistensi ormas ini tentu tidak lepas dari peran lembaga pendidikan, baik jenjang menengah maupun perguruan tingginya dalam melahirkan kader yang memahami dan siap berjuang untuk organisasi. Akan tetapi, sebagai lembaga yang memiliki cita-cita besar, Hidayatullah ingin terus berbenah dan memperbesar kiprahnya. Untuk mencapai hal tersebut, kapasitas dan kualitas Perguruan Tinggi Hidayatullah juga terus diperhatikan.
Itulah mengapa, DPP Hidayatullah melalui Departemen Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) menggelar Rapat Koordinasi Nasional PTH sebagai rangkaian agenda Musyawarah Khusus kampus induk dan kampus utama (KIKU) di kampus utama Hidayatullah Makassar, Rabu (9/5/2024).
Kegiatan yang mengangkat tema Konsolidasi Jatidiri, Organisasi, dan Wawasan, Mewujudkan Integrasi Pancadharma menuju PTH Unggul dan Berdaya Saing Menyongsong Visi Hidayatullah 50 Tahun Kedua tersebut dihadiri oleh para petinggi Hidayatullah, diantaranya Ustadz K.H. Abdurrahman Muhammad, Ustadz Hamim Thohari, Ustadz Abdul Aziz Kahar Muzakkar, Ustadz Nashirul Haq, Ustadz Abu A’la Abdullah, Ustadz Nursyamsa H, Ustadz Wahyu Rahman beserta tim DIKTILITBANG DPP Hidayatullah yang dikomandani Ustadz Miftahuddin.
Ketua Umum Hidayatullah, Ustadz. Dr. Nashirul Haq, Lc. MA dalam pemaparannya menyampaikan beberapa tugas yang diemban PTH. Oleh karena Hidayatullah sebagai ormas besar butuh terus eksis untuk mencapai visi, maka PTH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan Kader, Leader dan Ulama. Untuk itu, beliau menggarisbawahi PTH harus menjadi pusat studi dan penelitian, pusat perkaderan dan pusat rekrutmen.
“Hidayatullah saat ini dan ke depan membutuhkan sosok kader yang teacher, sebagai murobby, guru, da’i, kemudian Leader, berperan sebagai manajer dan pemimpin, dan juga entrepreneur.” Ujar alumnus Madinah tersebut.
“Entrepreneur dari kader-kader lulusan kita jadi keharusan Sehingga berani untuk bertindak lebih lanjut, berani mengambil resiko, untuk mengembangkan lembaga/organisasi.” Lanjutnya.
Lebih lanjut, dalam kaitannya dengan PTH sebagai pusat perkaderan untuk menghasilkan kader, leader dan ulama, beliau menekankan perlunya program khusus di masing-masing perguruan tinggi.
“Seperti program PUZ di Balikpapan, atau MQL di STAIL Surabaya.” Tutur lulusan Doktor IIUM tersebut.
Sebagai informasi, MQL atau Markazul Qur’an wal Lughoh yang diselenggarakan STAI Luqman al Hakim Surabaya merupakan program khusus berasrama dengan beasiswa yang berfokus pada tahfidz dan bahasa Arab yang dikombinasikan dengan ilmu akademik untuk menunjang mahasiswa menjadi kader, leader yang ulama.