By : Cahyo Rizki*
Ramadan,,, sapaan akrabnya. Namun saya lebih sering memanggilnya dengan panggilan yang singkat, Bang Ram. Sangat murah senyum dan mudah bergaul dengan siapapun, termasuk orang yang baru ia kenal. Begitulah, ia memang sangat lihai dalam membangun komunikasi yang baik kepada semua orang.
Awal mula bergabung di STAIL ( Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim) pada tahun 2016. Dan menyelesaikan pendidikanya pada tahun 2020. Lalu mendapat tugas pengabdian di Bulungan Kalimantan Utara, salah satu provinsi termuda di Indonesia, yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia.
Pria kelahiran 1995 ini mengungkapkan, bahwa dirinya merasa tertantang Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Borneo. “Bagimana tidak! setelah dua jam menempuh perjalanan udara, saya harus menempuh perjalanan darat selama dua jam lagi untuk sampai ke tempat tujuan”. Ucapnya saat pertama kali kami bertemu.
“Dan selama perjalanan darat, sepanjang perjalanan saya hanya mendapati hutan lebat dan Desa-desa kecil saja. Beda jauh Ketika melakukan perjalanan di pulau jawa, kita akan lebih banyak melewati Kota-kota”. Pungkas Alumni STAIL itu.
Beliau ditugaskan menjadi seorang guru di kampus Hidatullah Bulungan. Di sela-sela kesibukannya menjadi seorang guru, Tak jarang juga ia menyempatkan dirinya untuk tandang ke gelanggang. dengan berbekal ilmu agama yang ia dapat selama menempuh Pendidikan di bangku kuliah.
Pernah suatu Ketika, saya menemani beliau untuk berdakwah di daerah Transmigrasi. Akses ke tempat itu sangat susah sekali. dikarenakan jalan yang harus kami lalui masih menggunakan tanah. Ditambah cuaca hujan yang membuat tekstur jalanan lebih licin. Lebih paranhnya lagi, Motor yang kami gunakan sempat macet. sehingga kami harus mendorongnya, melewati jalanan yang berlumpur. Alhasil baju yang kami kenakan pun penuh dengan lumpur.
Namun kondisi itu tidak menyurutkan semangat pria asal Flores tersebut untuk tetap berdakwah di tempat ini. Inilah yang menjadi keunggulan dari STAIL. Setiap sarjananya tidak hanya di wajibkan pandai dalam bidang akademik saja. Tetapi harus berani turun ke medan dakwah untuk menyampaikan ajaran islam.
Seiring berjalan nya waktu, sudah satu tahun beliau mengabdikan dirinya di kampus Hidayatullah Bulungan. Sudah saatnya beliau Kembali ke Surabaya untuk menikah dengan calon pendamping hidupnya. “Tak ada basa-basi, tak ada telfonan, video call,,, Semua pasrah pada pencipta Alam, Bismillah langsung menikah”. Tulisnya dalam postingan akun facebook miliknya.
Setelah menikah beliau dipindah-tugaskan ke tempat yang lebih menantang, masih di provinsi Kalimantan Utara, tepatnya di Kabupaten Malinau. Sebuah daerah yang mayoritas non muslim.
Tentu ini menjadi medan dakwah yang lebih menantang lagi. Namun kini semangat dakwahnya dalam memajukan Pendidikan islam dua kali lebih besar, karena ada seorang istri yang selalu mandampingi dan mendukung beliau untuk tandang ke gelanggang.