Libur Sekolah Sebulan Penuh Ramadhan: GAK BAHAYA TAH ?

 

Oleh: Ahmad Fathoni

Libur sekolah selama bulan Ramadhan sering kali menjadi topik diskusi yang menarik, terutama di era digital seperti sekarang. Meskipun maksud awalnya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih fokus pada ibadah, seperti puasa, shalat tarawih, dan membaca Al-Qur’an, kebijakan ini juga membawa beberapa dampak negatif atau mudhorot, terutama dalam konteks pendidikan dan moralitas siswa di zaman modern.

1. Potensi Waktu yang Terbuang Sia-sia
Dalam Islam, waktu adalah amanah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-‘Asr (103): 1-3, bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan kesabaran. dalam hadits juga dijelaskan bahwa, “termasuk dari kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya). Sayangnya, libur panjang seringkali membuat siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan aktivitas yang kurang produktif, seperti bermain game online, menonton konten hiburan yang tidak mendidik, atau berselancar di media sosial tanpa tujuan.

2. Kemunduran Akademik
Libur sebulan penuh tanpa aktivitas belajar formal dapat membuat siswa mengalami learning loss, yakni penurunan kemampuan akademik karena minimnya stimulasi pendidikan. Dalam Islam, mencari ilmu adalah kewajiban sepanjang hayat. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah). Pendidikan adalah bagian dari ibadah, sehingga mengurangi intensitasnya selama Ramadhan sebenarnya bertentangan dengan semangat Islam yang menekankan pentingnya ilmu.

3. Meningkatnya Risiko Paparan Konten Negatif
Di era digital, siswa lebih rentan terhadap pengaruh negatif dari internet jika tidak ada pengawasan yang memadai. Dengan banyak waktu luang selama Ramadhan, risiko terpapar konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam menjadi lebih besar. Hal ini dapat mengganggu proses pembentukan karakter islami yang seharusnya diperkuat selama bulan suci.

4. Alternatif Islami dan Solutif
Alih-alih memberikan libur penuh selama Ramadhan, sekolah dapat mengintegrasikan kegiatan pembelajaran dengan aktivitas keagamaan. Beberapa alternatif meliputi:

  • Kelas Ramadhan: Pembelajaran singkat yang diselingi dengan kajian Islam, hafalan Al-Qur’an, dan praktik ibadah.
  • Proyek Sosial Islami: Mengadakan kegiatan sosial seperti berbagi takjil atau santunan kepada yang membutuhkan, yang akan menanamkan nilai kepekaan sosial.
  • Pembelajaran Digital Islami: Menggunakan platform online untuk memberikan materi Islami yang menarik, seperti cerita para nabi, sejarah Islam, atau diskusi interaktif tentang fiqih puasa.

5. Meningkatkan Peran Orang Tua
Orang tua juga perlu dilibatkan dalam mengawasi aktivitas anak selama Ramadhan. Islam mengajarkan pentingnya pendidikan berbasis keluarga. Orang tua bisa mendampingi anak dalam menjalankan ibadah, belajar agama, atau mengeksplorasi hobi yang bermanfaat.

Kesimpulan
Libur sekolah sebulan penuh selama Ramadhan, jika tidak dikelola dengan baik, dapat membawa mudhorot lebih besar dibandingkan manfaatnya. Islam tidak mengajarkan untuk meninggalkan kewajiban duniawi sepenuhnya, melainkan mengintegrasikan aktivitas dunia dan akhirat secara seimbang. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang lebih kreatif dan Islami untuk memastikan Ramadhan menjadi momen mendidik, produktif, dan memperkuat iman siswa di era digital ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *