Pompa Semangat Literasi Mahasiawa, STAIL Hadirkan Dosen Tamu Matkul Jurnalistik

Tidak seperti biasanya. Mata kuliah Jurnalistik semester dua Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (Surabaya), siang itu diisi oleh dua dosen.

Yang pertama dosen pemangku mata kuliah; ustadz Robinsah. Satu lagi, dosen tamu, ustadz Imam Nawawi, asal Depok, Jawa Barat. Praktisi literasi yang telah menulis puluhan buku dan kontributor beberapa media masa.

Dalam sambutannya, ustadz Robin menyampaikan tujuan dari kehadiran dosen tamu pada siang itu.

“Harapannya, para mahasiswa akan lebih terpompa semangatnya untuk tekun membaca dan menulis,” terang beliau.

Karena ini kesempatan mahal, sambung pemilik nama pena Khairul Hibri itu, untuk mengoptimalkan waktu sebaik mungkin, untuk menggali segala hal terkait dengan literasi atau tulis-menulis.

“Silakan, siapkan pertanyaan sebanyak-banyak. Mumpung beliau (ustadz Imam) ada di tengah-tengah kita, ” ujar ustadz asal Lampung itu.

Ketika menyampaikan materinya, ustadz Imam, mengurai, ada dua hal yang menjadi kunci seseorang lancar dan produktif dalam melahirkan karya tulis.

“Pertama; membaca. Dan yang kedua, segera aksi untuk menulis.”

Banyak baca akan memudahkan seseorang menuangkan pikirannya di layar komputer. Sebaliknya, bila minat baca lemah, akan mempersulit dalam merangkai kata.

Sebaliknya, sambungnya, lemah baca membuat perbendaharaan kosa kata kita minim. Hal inilah yang kemudian membuat sering kehabisan ide, padahal baru saja menuangkan satu paragraf.

“Faqidusy sya’i laa yu’tihi
(Yang gak punya sesuatu, gak bisa ngasih sesuatu!) ” papar beliau, mengutip qoidah ushulul fiqh.

Nampak para mahasiswa/i cukup antusias dalam acara itu. Mereka proaktif menanyakan beberapa hal terkait dengan dunia kepenulisan.

“Bagaimana mengatasi kebuntuan dalam menulis? ” tanya Lilis, seorang mahasiswi.

“Jangan dipaksa, ketika mengalami kebuntuan. Coba alihkan fokus pada kegiatan lain. Setelah merasa cukup, otak sudah fresh, cobalah kembali menghadap lap top/komputer, ” urai mantan Ketua Umum Pemuda Hidayatullah ini.

Langkah lainnya, carilah tema pembahasan yang lebih ringan, bila memandang kupasan yang tengah digarap berat. Yang penting, bangun dulu kebiasaan dalam menulis, dan berusaha istiqomah.

Acara diskusi itu pun selesai, ketika jam dinding di kelas menunjukkan pukul 17.00.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *